Terapi testosteron menawarkan efek yang memikat: meningkatkan massa tulang, menajamkan memori dan fokus mental, meningkatkan libido, serta meningkatkan kadar energi. Hal ini membuat beberapa laki-laki dengan kadar testosteron normal juga tertarik mencoba
. Apakah terapi ini benar-benar bisa membantu? Berikut uraiannya untuk Anda.
Apa itu testosteron? Tubuh laki-laki menghasilkan hormon testosteron di dalam testis mereka. Pada laki-laki, hormon ini membantu mempertahankan kepadatan tulang, distribusi lemak, massa otot, kekuatan otot, produksi sel darah merah, dorongan seks, dan produksi sperma.
Dokter Anda bisa meresepkan testosteron sintetis. Terapi testosteron menggunakan obat pengganti testosteron yang perlu bagi laki-laki dengan kadar testosteron yang sangat rendah. Obat-obat untuk terapi testosteron tersedia dalam bentuk suntikan, plester atau gel.
Menurun seiring penuaan. Kadar testosteron tubuh mencapai puncaknya selama masa remaja dan awal dewasa muda. Mulai usia 40, tubuh memproduksi lebih sedikit testosteron. Untuk sebagian besar laki-laki, kadar testosteron menurun secara perlahan.
Efek penurunan testosteron. Studi-studi menemukan bahwa kekurangan testosteron memicu berbagai penurunan, termasuk: penurunan fungsi seksual, penurunan kepadatan tulang, berkurangnya massa otot, peningkatan jumlah lemak, penurunan kekuatan otot, penurunan daya ingat, perubahan
mood dan depresi.
Beberapa laki-laki mengalami gejala ini meskipun kadar testosteron mereka tidak rendah. Di sisi lain, ada juga laki-laki dengan kadar testosteron rendah tetapi tidak mengalami gejala ini.
Perlukah terapi testosteron untuk laki-laki dengan kadar testosteron normal? Beberapa laki-laki meyakini bahwa obat-obatan testosteron bisa membuat mereka merasa lebih muda dan lebih bertenaga. Tapi, studi-studi menunjukkan bahwa meskipun Anda merasa lebih muda dan kuat dengan terapi testosteron, terapi ini tidak menunjukkan manfaat yang jelas. Selain itu, belum ada bukti jelas yang menunjukkan bahwa kadar testosteron yang lebih tinggi bisa membuat Anda hidup lebih lama.
Risiko terapi. Belum cukup bukti ilmiah untuk menentukan risiko terapi testosteron pada laki-laki yang memiliki kadar testosteron normal. Dari segi teori, kadar testosteron yang lebih tinggi dari normal bisa meningkatkan risiko kanker prostat dan pembesaran prostat (
benign prostatic hyperplasia). Tapi, studi-studi belum menentukan apakah terapi testosteron bisa menyebabkan komplikasi ini.
Studi-studi, seperti dikutip situs
mayoclinic, menunjukkan bahwa terapi testosteron bisa menyebabkan sleep apnea (henti nafas) pada beberapa laki-laki. Kondisi ini akan membuat Anda mulai dan berhenti bernafas (secara berkelanjutan) saat tidur. Selain itu, terapi testosteron juga bisa memicu produksi sel darah merah berlebih, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung.
Berkonsultasi. Jika Anda merasa kekurangan hormon, berkonsultasilah dengan dokter. Penurunan jumlah testosteron hingga jauh di bawah normal bisa menjadi alasan penggunaan terapi testosteron.