Peningkatan angka obesitas saat ini merupakan salah satu penyebab gangguan kesehatan untuk masyarakat di seluruh dunia. Profesor Tony Leeds, ahli obesitas, memperingatkan bahwa masalah berat badan kita dapat merupakan faktor risiko bagi orang lain
. Daerah sekitar Inggris memang merupakan salah satu negara dengan epidemi obesitas, dimana 1 dari 4 orang mengalami obesitas. Orang dengan obesitas memiliki factor risiko berbagai macam penyakit seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Rata-rata umur mereka pun berkurang sebanyak 9 tahun.
Secara tidak sadar, kita juga merupakan faktor risiko bagi orang lain, bukan di unit penanganan jantung di rumah sakit, namun di jalanan, dimana orang tidur di mobil mereka. Namun bagaimana mungkin hal tersebut menjadi pembunuh yang potensial? Hal tersebut disebabkan karena masyarakat di Inggris belum sadar mengenai bahayanya
Obstructive Sleep Apnoea (OSA).
Gangguan tidur
OSA saat ini secara tidak disadari banyak terdapat di masyarakat, terutama pada mereka dengan diabetes tipe 2 dimana kemungkinan terjadinya OSA adalah 1 berbanding 4. OSA diawali dengan mengorok, diinterupsi dengan jeda bernapas, tercekik, dan napas terengah-engah (sesak) ketika tidur. Hal ini menyebabkan tidur menjadi terganggu dan tidak nyaman. Gangguan tidur akan menyebabkan orang menjadi lelah, mudah terganggu, pelupa, dan depresi. Hal ini juga meningkatkan kemungkinan mereka jatuh tertidur saat bekerja atau ketika menyetir.
OSA dapat disebabkan oleh kelainan abnormal saluran pernapasan, namun obesitas merupakan salah satu factor risiko utama. Lemak ekstra yang berada dekat dengan saluran pernapasan dapat meningkatkan tekanan pada otot yang menunjang saluran pernapasan, meningkatkan risiko penyempitan dan penyumbatan saluran pernapasan.
Penelitian yang dipublikasikan di
British Medical Journal menunjukkan bahwa menurunkan berat badan dengan cara menurunkan asupan kalori dalam makanan dapat secara signifikan memperbaiki gejala dalam waktu hanya 7 minggu. Studi tersebut menunjukkan 26 dari 30 pria yang obesitas dengan OSA sedang-berat mengalami perbaikan. Penelitian jangka panjang untuk hal ini tetap diperlukan. Penelitian lain yang menunjang penelitian ini mengatakan bahwa orang dengan
sleep apnoe (henti napas saat tidur) yang parah, memiliki kemungkinan 6-15x mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pola Hidup Tidak Sehat
Pengemudi truk memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami OSA. Gaya hidup tipikal dalam hal ini berarti sebagian besar memiliki berat badan berlebih (
overweight), memiliki waktu kerja tidak umum, dan kemungkinan diet mereka tidak sehat.
Satu penelitian menemukan hanya 11% dari supir truk yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) normal dan separuhnya memasuki ambang obesitas.
Ahli gangguan tidur di Inggris percaya bahwa 1 dari 6 pengemudi truk mengalami sleep apnoe, yang berarti hampir 80.000 orang. Namun kemungkinan hal ini tidak pernah dilaporkan karena kekhawatiran kehilangan SIM dan penghasilan mereka.
Dalam periode hanya 4 bulan, minimal terdapat 4 kasus dimana kendaraan bermuatan besar (
container) dituduh menyebabkan kematian akibat cara menyetir yang berbahaya. Ke-4 pengemudi tersebut memiliki
sleep apnoe yang baru terdiagnosis setelah kecelakaan yang mengerikan itu terjadi.
Data survey menyebutkan bahwa jatuh tertidur ketika sedang menyetir jauh lebih sering terjadi daripada yang kita sadari. Pola hidup tidak sehat, televisi serta komputer di malam hari mampu menjauhkan kita dari tidur tepat waktu di kala malam.