Upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut telah banyak dilakukan berbagai pihak sejak lama, baik melalui program pemerintah, media massa, iklan di televisi, atau penyuluhan di pusat kesehatan. Namun ternyata hasilnya belum begitu signifikan
. Dari Survei Kesehatan Rumah Tangga pada tahun 2001 didapati bahwa 76,2% anak Indonesia pada kelompok usia 12 tahun mengalami karies.
Kalau dijabarkan satu persatu, banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut anak di Indonesia. Tapi mungkin perlu dicermati satu hal yang teramat penting, yaitu peranan ibu. Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya. Maka dari itu, perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak. Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya kelak. Namun ‘tahu’ saja tidak cukup, perlu diikuti dengan ‘peduli’ dan ‘bertindak’.
Kesehatan gigi dan anak perlu diperhatikan sedini mungkin. Pembentukan gigi pada anak sudah dimulai sejak ia masih dalam kandungan. Faktor gizi ibu hamil sangat menentukan pertumbuhan dan perkembangan janin, tak terkecuali bagian gigi dan mulutnya. Kalsium, fluor dan fosfor adalah elemen penting dalam pembentukan gigi janin. Begitu juga vitamin C dan D.
Holt RD, dkk melakukan penelitian tentang efek pendidikan kesehatan gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun di London. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas karies, dan angka gingivitis (radang gusi) yang lebih rendah daripada anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya.
Karies gigi dapat terjadi sangat dini, begitu gigi sudah tumbuh dan terekspos ke lingkungan mulut maka ia berpotensi untuk mengalami karies. Ibu dapat membantu membersihkan gigi anaknya yang masih batita dengan menggunakan kasa atau kapas bersih yang disapukan ke permukaan gigi. Untuk mengetahui apakah masih terdapat plak di permukaan gigi, dapat dioleskan
disclosing solution yang akan memberi warna merah pada bagian permukaan yang ditutupi plak. Jadi bisa ketahuan apakah gigi memang sudah benar-benar bersih atau belum.
Gbr.1 Gigi yang diberi disclosing solution untuk mengecek plak.
Kadang anak yang masih berusia di bawah 5 tahun sangat sulit untuk disuruh menyikat gigi. Nah, di sinilah letak peran ibu. Sekedar perintah mungkin tidak mempan untuk membuat anak mau menyikat gigi. Tapi kalau ibu mengajak si anak bersama-sama menyikat gigi, saat mandi misalnya, maka anak dapat memperhatikan dan mencontoh kebiasaan ibu.
Memasuki usia sekolah, resiko anak mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah, dengan jenis makanan dan minuman yang manis, mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk jajan di sekolah sama sekali. Bekal makanan dari rumah jauh lebih baik, karena tak bisa disangkal bahwa sebagian besar jajanan anak di sekolah rentan terhadap masalah kebersihan dan kandungan gizinya juga perlu dipertanyakan. Kalaupun anak ngotot untuk jajan di sekolah, lebih baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis dan sticky. Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya, karena lebih sulit dibersihkan dari permukaan gigi.
Baby Bottle Caries
Banyak ibu yang mengeluh, gigi depan rahang atas anaknya berwarna kecoklatan, mahkota giginya rusak, bahkan terkadang hanya tinggal sedikit saja mahkota yang tersisa. Namun kebanyakan para ibu tersebut tidak menyadari apa penyebabnya. Yang sesungguhnya terjadi adalah gigi tersebut mengalami karies, dan kejadian ini sering disebut sebagai
karies botol, early childhood caries, atau
baby bottle caries. Pola karies gigi ini erat kaitannya dengan pemberian susu atau cairan manis lain dengan menggunakan botol secara berkepanjangan. Terlebih lagi bila anak terbiasa atau dibiasakan meminum susu botol sebelum tidur, dan tak jarang botol susu masih ada dalam mulut anak saat ia jatuh tertidur.
Karies gigi sulung yang disebabkan pemberian susu atau minuman manis lain menggunakan botol susu secara berkepanjangan memiliki ciri yang khas. Gigi yang terlibat biasanya adalah gigi depan rahang atas, dan biasanya keempat gigi depan rahang bawah bebas karies.
Gbr. Baby bottle caries
Faktor perilaku orang tua menjadi faktor pendukung terjadinya masalah ini, terutama karena kurangnya pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi yang benar. Persentase kejadian ini cukup tinggi, dari suatu penelitian dilaporkan 3-6% anak di bawah usia 4 tahun mengalami karies botol.
Dari beberapa penelitian terungkap bahwa isi dari botol susu lebih bermakna dalam meningkatkan resiko terjadinya karies botol, daripada durasi atau lamanya penggunaan botol susu tersebut. Misalnya sirup, susu formula yang ditambahkan gula, atau air madu yang diminum dengan botol susu, berpotensi tinggi untuk menyebabkan terjadinya karies botol terutama bila diminum menjelang tidur. Aliran air liur menurun saat sedang tidur, padahal air liur ini memiliki efek self-cleansing yaitu membilas sisa makanan atau minuman keluar dari rongga mulut saat gerakan menelan. Bila cairan atau minuman manis tersebut diminum hingga anak tertidur, maka cairan tersebut masih menggenangi permukaan gigi sepanjang malam. Laktosa yang terkandung dalam susu dapat merangsang pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, yaitu bakteri yang sangat penting sebagai penyebab karies.
TIPS BAGI PARA IBU
-
Bantu dan ajari anak saat sedang menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama anak melakukan pembersihan gigi, anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Jangan biarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya.
-
Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Namun pasta gigi -yang mengandung fluor yang baik untuk gigi- sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah mampu berkumur.
-
Awasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
-
Luangkan waktu untuk melihat dan memeriksa gigi anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Bila ada kelainan dalam rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.
PERHATIAN:
Periksakan anak ke dokter gigi secara teratur. Banyak di antara para ibu yang tidak menganggap perlu untuk menambal gigi susu anaknya yang berlubang. Karena toh nanti akan tergantikan oleh gigi tetapnya. Namun gigi susu yang dibiarkan berlubang dapat menimbulkan beberapa masalah.
-
Gigi susu yang berlubang (seperti halnya pada orang dewasa) dapat menimbulkan rasa tidak nyaman atau sakit. Akibatnya anak dapat menjadi rewel dan sulit makan.
-
Dapat menyebabkan gangguan fungsi pengunyahan, karena gigi yang berlubang tidak nyaman untuk dipakai mengunyah. Akibatnya makan tidak dikunyah dengan sempurna, dan dapat mempengaruhi nutrisi bagi anak.
-
Gigi susu yang berlubang dapat menyebabkan gigi tersebut goyang dan tanggal prematur atau terpaksa dicabut sebelum waktunya. Idealnya pada kondisi ini dibuatkan space maintainer. Gigi susu berfungsi sebagai panduan bagi pertumbuhan gigi tetapnya. Bila gigi tanggal prematur, pertumbuhan gigi tetap menjadi tidak teratur.
Susunan gigi yang tidak teratur dapat mengarah kepada gangguan fungsi bicara (terutama gigi depan yang tidak teratur), profil wajah tidak harmonis, gangguan pada pengunyahan, dan dapat menurunkan rasa percaya diri anak.
Gigi susu harus tetap ditambal, agar gigi yang terlanjur berlubang tersebut dapat bertahan selama mungkin di dalam mulut dan tanggal atau copot sesuai dengan waktu normalnya.