Tidur lebih cepat melindungi remaja dari depresi dan pikiran bunuh diri, berdasarkan penelitian yang dilakukan di New York
. Penelitian ini memiliki subjek sebesar 15500 remaja berusia 12-18 tahun dimana hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sekitar 24% remaja yang tidur setelah tengah malam memiliki kemungkinan menderita depresi 24% lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidur sebelum pukul 22.00. Bagi mereka yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki peningkatan risiko depresi 71% lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidur 8 jam semalam, hasil dari penelitian yang diterbikan di
Journal Sleep.
Peneliti dari Universitas Kolombia, Fakultas Kedokteran di New York memiliki data sekitar 15500 remaja sejak tahun 1990-an. Sama halnya dengan risiko depresi, remaja yang tidur setelah tengah malan juga memiliki pikiran bunuh diri 20% lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidur pada pukul 22.00 atau lebih cepat. Mereka yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki peningkatan risiko tercetus pikiran bunuh dir sebesar 48% dibandingkan dengan mereka yang tidur 8 jam dalam semalam.
Remaja yang melaporkan bahwa mereka ‘pada umumnya cukup tidur’ memiliki penurunan risiko depresi sebesar 65%.
Depresi dan pikiran bunuh diri lebih banyak dialami oleh remaja putri, remaja yang lebih tua, dan mereka dengan persepsi bahwa orang tua mereka tidak peduli terhadap mereka. Sebagian besar orang tua dari remaja yang berpartisipasi di dalam penelitian menetapkan waktu tidur sekitar pukul 22.00 atau lebih awal. Sekitar 25% menetapkan waktu tidur pukul 24.00 atau lebih larut.
Rata-rata remaja memiliki waktu tidur sekita 7 jam 53 menit di malam hari – kurang dari waktu tidur yang disarankan bagi usia mereka (9 jam).
Ketua penelitian, dr. James Gangwisch mengatakan bahwa waktu tidur yang ditetapkan oleh orang tua berkaitan dengan depresi yang terjadi, dimana kurangnya waktu tidur berperan dalam kejadian depresi. Beliau mengatakan bahwa kurang tidur dapat mempengaruhi respon emosional di otak dan mengantar pada gangguan mood yang tersembunyi di dalam kemampuan untuk beradaptasi dengan stress sehari-hari. Gangguan perubahan mood ini dapat mempengaruhi penilaian, konsentrasi, dan control impuls.
Olahraga Teratur
Tidur berkualitas dalam jumlah cukup dapat menjadi suatu pencegahan akan terjadinya depresi dan juga merupakan terapi untuk depresi. Sarah Brennan, chief executive di the mental health charity Young Minds, mengatakan, “Cukup tidur, makanan sehat, dan olahraga teratur semuanya merupakan cara untuk menjaga kesehatan emosional.”
“Hampir 80.000 anak-anak dan dewasa muda menderita depresi, sampai saat ini kita belum mampu untuk menjaga dan mencegah para remaja tersebut mengalami depresi dan mengajarkan mereka cara mengatasi depresi.”