OBAT-OBATAN
untuk mengatasi influenza memang banyak dijual di pasaran. Umumnya, obat ini mengandung atau merupakan kombinasi beberapa macam obat penghilang gejala seperti antidemam, antinyeri, antihistamin, dan dekongestan (menghilangkan sumbatan), antibatuk, pengencer dahak, dan sebagainya. Padahal, mungkin saja ada yang pilek tanpa disertai demam, ada yang hidungnya tersumbat tapi kepala tidak pusing dan otot-otot tidak nyeri. Belum lagi alasan apakah kandungannya aman dikonsumsi.
Lantaran itu, untuk menghapus seluruh keraguan, sebaiknya konsultasikan setiap keluhan atau obat bebas yang ingin digunakan kepada dokter. Yang penting lagi, selain mengonsumsi obat di bawah pengawasan dokter, untuk mengatasi flu, ibu juga perlu beristirahat dan menyantap makanan bergizi. Jangan lupa buah-buahan, terutama yang mengandung vitamin C, untuk mempertinggi daya tahan tubuh. Dengan begitu, ibu tetap dapat melakukan aktivitas dan kehamilan bisa berjalan baik tentunya.
Pada dasarnya, influenza adalah self limiting disease (SLD) yang akan sembuh dengan sendirinya, kecuali bila ada komplikasi berat yang menyertainya. Karena bersifat SLD, usaha untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan beristirahat dan makan makanan bergizi cukup dapat menghambat infeksi influenza.
Barulah jika setelah lebih dari 5 hari gejala flu masih mengganggu, obat akan digunakan untuk meredakannya. Pemberian antibiotik dipakai untuk mencegah infeksi sekunder/penyerta pada penderita flu. namun, antibiotik tidak rutin diberikan kepada ibu hamil. Itu pun, harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter kandungan.
Aturan Pakai Obat
- Sebelum memakai obat, atasi gejala penyakit dengan banyak beristirahat dan makan makanan bergizi. Terutama pada trisemester pertama kehamilan yang sangat rentan terhadap efek samping obat-obatan. Kalau pun harus mengonsumsi obat, dapatkan dengan resep dokter.
- Selama hamil, hindari penggunaan obat polifarmasi yaitu gabungan lebih dari empat macam obat dalam satu racikan.
- Cari tahu apakah obat yang akan dikonsumsi aman bagi ibu hamil dan janin lewat catatan penggunaan produk yang dilampirkan dalam kemasan. Kalau keterangan itu tidak ditemukan, mintalah keterangan dari apoteker atau konsultasikan kepada dokter kebidanan dan kandungan.