Dok, anak pertama dinyatakan menderita skoliosis. Apa yang dimaksud dengan penyakit ini, Dok? Bisakah ia normal kembali?" Tanya seorang ibu lewat surat pada nakita. Menurut Dr. Ifran Saleh FISC, DSBO, dokter bagian bedah ortopedi RSUPN Ciptomangunkusumo, skoliosis sebenarnya merupakan suatu kurva abnormal dari tulang belakang. Yang normal, bila dilihat dari bidang tampak depan/koronal, kurva tulang belakang lurus satu garis dari leher sampai sacrococcygeus (tulang ekor). "Nah, skoliosis terjadi bila ada suatu penyimpangan atau deviasi ke arah lateral (kiri atau kanan) sehingga bengkok dan tak lurus. Bila dilihat dengan foto X-ray akan tampak lengkungannya," kata Ifran.
Bila dilihat dari sisi samping/lateral view terdapat kurva ke depan terus ke belakang. "Gunanya menjaga supaya tulang belakangnya stabil. Tulang belakang, itu, kan, enggak lurus, lo. Tulang leher melengkung ke depan (lordosis), tulang punggung melengkung ke belakang (kifosis), tulang lumbal (pinggang) akan ke depan lagi, kemudian pada tulang sakrum (tulang duduk) akan ke belakang atau kifosis, sampai ke tulang ekor. Lengkung ini sebenarnya normal maksudnya agar menjaga supaya stabil, tapi kalau dari depan seharusnya itu lurus," terang Ifran.
Nah, berat ringannya skoliosis tergantung dari besar kecilnya derajat lengkungannya. Yang normal berarti harus lurus dan derajat lengkungnya 0 derajat. Dikatakan ringan bila derajatnya di bawah 20. Tergolong sedang 20-40 derajat. Yang berat di atas 40 derajat dan sangat berat sekitar ratusan derajat.
IDIOPATIK DAN KELAINAN LAIN
Penyebab skoliosis bermacam-macam. Tapi, boleh dikatakan 85-90 persen tak diketahui penyebabnya/idiopatik. "Selebihnya karena kelainan tertentu. Karena itu jenis skoliosis tergantung dari penyebabnya," jelas Ifran. Yang jelas skoliosis bisa terjadi pada infant>/bayi, juvenile/anak dan adolescent/remaja. Bila penyebabnya tak diketahui pasti disebut idiopatik skoliosis. Ada pula skoliosis akibat trauma atau jatuh. Sehingga menyebabkan tulang belakangnya patah dan bentuknya menjadi tak normal. Bisa juga akibat infeksi pada tulang belakang (skoliosis pasca infeksi).
Kecuali itu, ada pula karena kelainan bawaan (kongenital skoliosis). Kelainan otot pun bisa menyebabkan skoliosis; salah satu sisi ototnya lemah dibanding sisi lainnya. Lalu, kelainan pada sistem neuro muskular atau gangguan pada saraf dan otot. Kelainan sistem neuro muskular antara lain polio dan serebral palsy.
Ada pula posturalskoliosis; tampaknya seperti bengkok, tapi bila tubuhnya dibungkukkan maka bengkoknya hilang. Sebenarnya ini merupakan masalah postur tubuh dan gravitasi.
Pada penderita skoliosis gravitasi juga mempengaruhi bengkok tulangnya. Misal, bila berdiri derajat lengkungnya sekitar 45, tapi kalau dibaringkan akan berkurang, jadi 37 derajat. "Karena berkurangnya gaya gravitasi dari berdiri jadi berbaring."
PAKAI BRACE ATAU DI OPERASI
Pengobatannya sangat tergantung berat ringannya. Bila di bawah 20 derajat maka hanya dilakukan observasi saja sampai usia remaja. Observasi dilakukan selama 6 bulan atau setahun sekali. "Akan dilihat bagaimana progresivitas lengkungnya. Bila tak bertambah maka tak apa-apa." Tapi jika derajat lengkungnya 20-40 derajat, berarti harus memakai brace; terbuat dari stainless steel atau fiber untuk menyangga tubuh dari luar. Ibarat memakai baju yang dibentuk sedemikian rupa ke badan.
Pada setiap tulang yang menonjol diberi ganjalan berupa spons. Panjangnya brace tergantung di daerah mana terjadi kurva. Bisa saja dari 33 ruas belakang terkena sebanyak 18 ruas. Jadi, daerah itulah yang dikoreksi. Memang yang paling sering terjadi pada thoraks dan lumbal. Bila kurvanya pada thoraks maka brace digunakan dari atas leher. Bila kurvanya dari thoraks sampai lumbal, maka brace-nya dari daerah atas kemaluan atau ke dekat tulang panggul sampai dada.
Pemakaian alat ini berguna menekan tulang belakang yang bengkok dari luar, agar agak lurus dan ke arah titik tengah. "Yang jelas mencegah dan menahan tulang agar tak bertambah bengkok. Jadi, bukan pengobatan supaya tulang lurus." Sebab bila pada usia pertumbuhan tulang, brace tidak digunakan maka kemungkinan besar tulang akan bertambah bengkok. Karena itu pemakaian brace - seharga 3-4 juta - harus dilakukan selama 24 jam. Lama pemakaiannya sepanjang pertumbuhan tulang belum berhenti; sampai usia 17-18 tahun. Melewati usia itu, tulang, kan, tak tumbuh lagi sehingga skoliosisnya pun tak akan bertambah.
Kendati tak ada pantangan beraktivitas, tapi alat ini umumnya mengganggu si pemakai karena rasa tak nyaman.
Nah, lain hal bila derajat lengkungnya melebihi 40 derajat, maka penderita skoliosis dianjurkan operasi. "Operasi dilakukan untuk membuat balance tulang belakang, agar jadi stabil dan baik. Ini pun tergantung kurvanya. Kalau lengkungnya masih 65-70 derajat bisa diperbaiki mendekati normal. Di bawah 60 derajat mungkin bisa kembali lurus. Tapi kalau sudah bengkok sekali atau 100 derajat mungkin bisa dikoreksi 60-50 persen dari kurvanya, jadi tak bisa lurus betul."
Sayangnya operasi skoliosis baru ada di Jakarta. Operasi ini banyak memakan waktu, bisa sekitar 4-6 jam. Karena operasinya khusus, penderita setelah itu dirawat di ICU dan diberi obat-obatan. Belum lagi biayanya yang mahal. "Bila di rumah sakit swasta bisa menghabiskan sekitar 75-100 juta, sedangkan di rumah sakit pemerintah sekitar 15-20 juta."
Sebelum operasi, pada penderita dengan kurva berat akan dilakukan traksi/ditarik dengan alat selama 2-3 minggu. Tujuannya untuk memperlemas otot-ototnya. Karena itu, penderita jauh-jauh hari sudah harus dirawat di rumah sakit. "Ada juga yang dibuang dulu bantalan sendinya agar mempermudah dilakukan koreksi." Setelah operasi, biasanya hari ketiga pasien akan diminta belajar duduk dan jalan. "Umumnya seminggu setelah operasi boleh pulang dan tak perlu pakai brace." Yang pasti, setelah operasi menghindari olahraga berat, seperti lompat atau lari. Setelah 6 bulan dan tulangnya dianggap cukup kuat baru dibolehkan beraktivitas seperti biasa.
Sedangkan pada bayi karena ada kelainan tulang maka operasi dilakukan dengan cara fusi pendek. Jadi tulang belakang yang mengalami kelainan segmen bagian atas disatukan dengan tulang bagian bawah. Dengan demikian tidak mengganggu pertumbuhan tulang lainnya.
GANGGUAN JANGKA PANJANG
Entah mengapa skoliosis banyak ditemui pada kaum wanita. "Skoliosis juga bukan faktor turunan. Tapi ada peningkatan faktor risiko mendapat skoliosis pada anak, bila dalam satu keluarga ada yang skoliosis juga," terang Ifran.
Yang jelas, skoliosis berbahaya bila terjadi dalam masa pertumbuhan tulang, karena akan bisa semakin progresif. Bila tulang belakang semakin bengkok maka akan berpengaruh pada postur tubuh. Seperti, tubuh pendek karena pertumbuhannya terhambat, jalan bisa pincang karena tungkainya tinggi sebelah, bisa juga bongkok ke depan (kombinasi skoliosis dan kifosis). "Jadi bisa dibilang postur tubuh jadi tak bagus. Secara psikologis, orang tua akan merasa sedih dan tentu menderita melihat keadaan anaknya. Bagi si anak sendiri, akan timbul rasa malu terhadap orang-orang di sekitarnya karena merasa cacat. Dalam pergaulan pun bisa menyebabkannya menjadi minder.
Kendati skoliosis tak menimbulkan kematian, tapi bisa menimbulkan gangguan sistem kardiovaskuler jantung dan pernapasan. Sebab bisa mengakibatkan volume paru-paru atau rongga dada akan berkurang karena sebagian tulang bengkoknya mengambil ruang atau tempat paru-paru. Gejalanya berupa sesak napas, karena kemampuan paru-paru menurun. Sudah pasti pula penderita skoliosis tidak akan kuat bekerja berat. Mungkin pada usia 40 tahunan akan timbul osteoartrosis (pengapuran tulang) di mana akan timbul rasa sakit pada tulang belakang
.