Pemberian vaksinasi pneumonia (radang paru) belum populer di kalangan masyarakat Indonesia. Tak banyak masyarakat yang menjalaninya
. Padahal, di luar negeri, vaksinasi tersebut wajib diberikan untuk kalangan usia 60-65 tahun. 'Tampaknya, di sini menjalani vaksinasi pneumonia belum menjadi kewajiban,' kata dr Winariani SpP(K).
Ada beberapa pertimbangan mengenai hal itu. Salah satunya, penyakit pneumonia masih bisa dicegah bila daya tahan tubuh kuat. Penggunaan alat pelindung, seperti masker, juga dapat mencegah penularan penyakit tersebut. Sanitasi atau kebersihan lingkungan membantu mengurangi penyebaran pneumonia. 'Memang ada beberapa kalangan yang berisiko tinggi terkena penyakit itu. Misalnya, tenaga medis. Namun, penyebaran penyakit tersebut dapat diminimalkan asal bisa melindungi diri sendiri,' papar spesialis paru dari RSUD dr Soetomo itu.
Mengapa di luar negeri berlaku kebijakan bahwa lansia wajib menjalani vaksinasi pneumonia? Pada usia lanjut, ada kecenderungan penurunan daya tahan tubuh. Dampaknya, mereka rentan sakit. Termasuk menderita pneumonia. 'Ada juga kelompok lain yang berisiko tinggi menderita pneumonia. Misalnya, penderita kanker, HIV/AIDS, peminum alkohol, serta perokok,' jelas dr Sudarsono SpP(K).
Namun, tidak berarti bahwa peminum alkohol atau penderita kanker diwajibkan melakukan imunisasi pneumonia. Sudarsono mengatakan, pemberian vaksinasi tersebut lebih diutamakan untuk kasus penurunan daya tahan tubuh secara alamiah. Demikian juga penderita kanker. Semua bergantung kondisi pasien. Winariani mengungkapkan, tak semua penderita kanker mempunyai kondisi jelek (parah). Masih banyak pula penderita kanker, terutama stadium awal, yang daya tahan tubuhnya tak turun drastis. Jadi, kemungkinan sembuh masih besar.
Pada stadium lanjut, banyak komplikasi dan risiko yang dialami penderita kanker. Pneumonia hanya salah satunya. Tentu dokter memprioritaskan pengobatan kanker dan mencegah komplikasi terbesar yang bisa muncul. 'Pemberian vaksinasi pneumonia pada penderita kanker optional bisa dilakukan. Tidak dilakukan juga tak apa-apa,' ungkapnya. Sebelum dilakukan, pasien dan dokter perlu berkomunikasi mengenai manfaat pemberian vaksinasi tersebut. Dengan demikian, tak muncul misunderstanding.