Para ilmuwan telah menemukan bukti baru terkait tipe kolesterol jahat lainnya yang ternyata ikut berkontribusi terhadap terjadinya penyakit jantung
. Tidak seperti kolesterol
low density lipoprotein cholesterol (LDL/kolesterol lipoprotein berkepadatan rendah) yang sudah banyak dikenal dan diketahui, Lipoprotein(a) atau Lp(a) tidak dapat dikontrol dengan diet menurunkan lemak makanan atau menelan obat statin. Namun, para peneliti berpandangan tingginya level Lp(a) masih lebih rendah risikonya dibandingkan level LDL yang tinggi.
Obat lain juga diduga dapat bekerja meminimalkan efeknya. Hasil studi itu dimuat di New England Journal of Medicine pada terbitan terbarunya. LDL dikenal sangat agresif dalam ”menyerang” arteri dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Para ilmuwan percaya bahwa Lp(a) yang sifatnya turunan tidak ”seganas” LDL, tetapi dapat menimbulkan penyumbatan pembuluh darah.
Dalam meneliti Lp(a), para peneliti menggunakan teknologi chip genetika untuk memindai DNA yang merupakan titik potensial untuk risiko penyakit jantung yang mereka ketahui dari studi sebelumnya.
Profesor Martin Farrall, anggota tim penelitian yang dilakukan di Universitas Oxford itu, Sabtu (26/12), mengatakan, satu dari enam orang membawa satu atau lebih gen Lp(a).
”Harapannya, dengan menargetkan terapi, baik untuk LDL maupun Lp(a), kita bisa menemukan cara terbaik untuk mengurangi risiko penyakit jantung dengan lebih baik,” ujar Martin Farrall.
Dia mengatakan, peningkatan risiko terhadap orang yang tinggi level Lp(a)-nya masih lebih rendah ketimbang orang dengan LDL tinggi. Obat-obatan yang ada sekarang, seperti Niacin dan jenis lain yang akan masuk ke pasar seperti CETP-inhibitor menurunkan Lp(a), sama baiknya dengan LDL.
Profesor Peter Weissberg dari British Heart Foundation mengatakan, penemuan itu sangat berguna karena menekankan pentingnya menurunkan level Lp(a) yang akan menggiring kepada upaya-upaya baru. Namun, LDL tetap merupakan tipe kolesterol jahat utama yang harus diperhatikan.