Hidrosefalus atau kelebihan volume cairan pada otak jangan disepelekan karena bisa berakibat penurunan kecerdasan, keterbelakangan mental, hingga kematian
. Masyarakat mesti waspada terhadap gejala-gejala hidrosefalus. Ketika mengalami benturan pada kepala, mesti cepat dibawa ke dokter. Hal tersebut dikemukakan ahli bedah RS Dr Sardjito Yogyakarta P Sudiharto, pencipta alat terapi hidrosefalus yang pekan lalu menerima Hamengku Buwono (HB) IX Award sebagai insan masyarakat yang peduli pada kemanusiaan.
"Mereka yang mengalami hidrosefalus di usia tua, menunjukkan beberapa gejala, seperti ngompol, kecerdasan turun dan berjalannya mulai terbatas seperti robot. Sedangkan pada orang dewasa, mereka sering mengalami nyeri kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran," ujarnya, Senin (21/12/2009).
Adapun pada bayi dan anak gejala hidrosefalus bisa dikenali dari kepalanya yang terlihat membesar dan kulit kepala yang semakin menipis. Orang dewasa, anak-anak, dan bayi juga bisa menampakkan gejala di mata yakni bagian putih terlalu dominan sehingga menyebabkan kesulitan melihat ke arah atas.
"Penyebab hidrosefalus misalnya trauma pada kepala, infeksi virus, atau faktor bawaan. Khusus trauma pada kepala termasuk terjadi pendarahan pada otak, biasanya karena ada riwayat pernah kecelakaan dan mengalami benturan pada kepala," ucapnya.
HB IX Award diberikan kepada Sudiharto karena berhasil menciptakan alat terapi hidrosefalus yang aman dan murah. Sudiharto mulai meneliti dan mengembangkan sistem pompa untuk mengalirkan cairan berlebih di otak. Sejak membuat pertama kali tahun 1981, sudah 7.000 pasien menggunakan alat temuannya ini. Dengan tingkat resiko yang hanya dua persen, ini pencapaian menggembirakan bagi dunia medis Tanah Air, karena di luar negeri, pemasangan alat pompa cairan otak masih berkisar 2-4 persen.
Alat yang sudah dipatenkan ini dinamakan sistem pirau katup celah semilunar. Silikon dipilih sebagai material pembuatan katup yang dipasang pada selang kateter. Selang akan ditanam dari bagian belakang telinga hingga ke usus. Cairan berlebih di otak akan dibuang ke usus seiring denyut pompa yang mengikuti detak jantung. Pemasangan bisa dilakukan sejak bayi. Bahkan sekali dipasang, maka tak perlu melakukan operasi lagi karena alat bisa bertahan selama umur orang bersangkutan.
"Dengan harga alat yang hanya Rp 1,5-Rp 1,7 juta, maka akan terjangkau masyarakat. Setiap rumah sakit yang mempunyai layanan bedah, bisa melakukan operasi penanaman alat ini," ujarnya.