Siapa bilang bermain tidak dapat meningkatkan kecerdasan anak? Berbagai penelitian membuktikan, bermain merupakan stimulasi efektif dalam menunjang tumbuh kembang optimal anak. Dua orang psikolog, Jerome Bruner dan Brian Sutton-Smith, yang meneliti perkembangan kognitif manusia mengatakan, bermain menghasilkan atmosfer santai, sehingga anak dengan mudah belajar berbagai cara untuk mengatasi masalah yang ditemuinya ketika bermain
. Menurut keduanya, pada saat bermainlah anak sering terlibat dalam proses pemecahan masalah.
Tentu saja orangtua mempunyai peran penting dalam memilihkan kegiatan bermain yang tepat, sesuai tahap perkembangan anak. Bahkan dari bermain, para orangtua dapat mengetahui tingkat kecerdasan anak mereka sejak dini.
Pada usia bayi, kecerdasannya masih seputar perkembangan kemampuan motorik dan bahasa. Sedangkan pada usia balita, kemampuan ini berkembang menjadi kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, hingga kemampuan personal dan sosial. Maka dari itu sebaiknya para orangtua mengajak anak mereka bermain sesuai dengan kemampuan motorik anak mereka di setiap tahap usianya.
Sebagai pedoman, ada beberapa ‘target’ bagi orangtua agar dapat mengembangkan kemampuan dan kecerdasan anak mereka pada usia tertentu. Berikut ini adalah tahap perkembangan anak yang dapat dikatakan normal sesuai dengan rentang usianya.
- 0 – 3 Bulan
Bayi pada usia dini ini masih menampilkan respons refleks atas stimulus. Bahasa yang dikuasai hanyalah berupa tangisan.
- 4 Bulan
Pada usia ini, bayi mulai memiliki kontrol atas tubuhnya sendiri dan menunjukkan awal mula kemampuan motorik halus. Mulai mampu merespons secara sosial dengan senyuman dan bunyi-bunyian.
- 6 Bulan
Bayi pada usia ini bisa mulai belajar untuk duduk dan merangkak. Bayi sudah memiliki kemampuan mengontrol gerakan tangan sehingga mampu memegang benda kecil atau makan kue yang diberikan. Bahkan sudah memiliki kemampuan koordinasi mata dan tangan untuk menggapai benda. Berilah sang bayi mainan yang berbunyi atau berwarna cerah di tangan. Setelah bayi menggenggam mainan tersebut, tarik pelan-pelan untuk melatih bayi memegang benda dengan kuat.
- 9 Bulan
Bayi sudah mulai mampu menggunakan jemarinya untuk makan sendiri. Mulai mencoba merangkak dan berdiri. Mencoba menggunakan kata atau suku kata sederhana.
- 12 Bulan
Terlihat perkembangan yang cukup pesat pada anak dan ia mulai menunjukkan kemampuan menguasai berbagai hal, diantaranya dapat belajar untuk melangkah mundur, memasukkan kubus di dalam kotak, dan menunjuk apa yang diinginkan tanpa harus menangis/ merengek.
- Tahun ke-2
Mulai independent, senang mengeksplorasi, penuh rasa ingin tahu, mencoba berbagai kemampuan baru, berkomunikasi dengan kata-kata, mencoba memahami sebab-akibat melalui kemampuan motorik, dan menguasai proses belajar dalam arti yang sesungguhnya. Berilah anak permainan balok agar ia dapat mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
- Tahun ke-3
Anak sudah menunjukkan penguasaan yang jauh lebih baik pada berbagai alat untuk belajar, seperti bahasa, ingatan, kemampuan motorik, dan perasaan tentang dirinya sendiri. Mulailah untuk mengajaknya bermain dengan teman-teman sebayanya dan ajari mereka agar mengikuti aturan permainan.
- Tahun ke-4 dan 5
Kemampuan belajar anak jauh lebih berkembang sehingga memungkinkan ia menerima proses belajar secara formal. Berilah sedikit dorongan pada anak agar mau bermain permainan kreatif dengan teman sebayanya, seperti permainan dengan bernyanyi, atau permainan sandiwara dengan menggunakan boneka.
Empati dari orangtua juga sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan kecerdasan spiritual anak. Kecerdasan seperti ini sangat dipengaruhi oleh teladan dan sentuhan personal yang penuh rasa cinta, atensi dan apresiasi. Maka dari itu usahakan agar aktivitas pengasuhan dilakukan oleh sang ibu sendiri, karena pengasuh terbaik bagi seorang anak adalah ibunya. Sebab ibulah, sosok yang paling dikenal oleh anak.