Kabar yang menyatakan bahwa detoks berbahaya akan menimbulkan kepanikan bagi mereka yang mengandalkan detoks untuk tujuan pembersihan racun di tubuh sekaligus menurukan berat badan. Beberapa ahli gizi juga mempertanyakan keefektifan dan keamanan dari program detoks ini.
Diet detoks adalah diet dengan kombinasi air putih dan buah yang dipercaya dapat membersihkan racun-racun yang tersimpan di dalam tubuh
. Detoks dapat berlangsung selama 48 jam sampai 21 hari, dan kebanyakan dari diet tersebut menyarankan asupan air putih yang banyak (2 liter atau lebih sehari) bersama dengan teh herbal atau kopi dandelion. Cairan lain yang direkomendasikan berasal dari wortel dan jus apel karena efek mereka sebagai “
digestion boosting” dan ada beberapa yang memperbolehkan ‘sedikit’ konsumsi buah mentah dan sayuran.
Efek samping detoks umumnya terjadi karena konsumsi air yang terlalu banyak dan makanan rendah garam, disertai dengan peningkatan aktivitas. Terdapat beberapa kasus akibat efek samping diatas yaitu mengalami koma akibat hiponatremia (keracunan air yang menyebabkan kadar sodium di darah berkurang dan otak menjadi bengkak) dan kasus lain yang berakibat kerusakan otak permanen setelah melakukan detoksifikasi.
Terlalu banyak cairan dengan terlalu sedikit elektrolit yang bersumber dari makanan yang mengandung garam dapat berbahaya bagi tubuh. Mengikuti diet detoks selama 1-2 hari tidak akan berbahaya bagi kebanyakan orang, namun apabila diet detoks dilakukan lebih lama dengan diet yang sangat ketat, maka hal itulah yang dapat menyebabkan masalah.
Jadi dengan efek samping yang berbahaya, adakah alternative lain yang lebih sedikit risikonya? Beberapa peneliti menyarankan untuk melakukan ADF atau Alternate-Day Fasting. ADF ini adalah mengurangi jumlah kalori selama 24 jam dan kemudian makan seperti biasa keesokan harinya. ADF bukan hanya dapat mengurangi berat badan namun juga dapat menambah umur lebih panjang.